Saturday 28 August 2010

Seperti Bernafas di Ruang Kedap Udara

Kesal bercampur kecewa, ditambah sedih, dicampur sama gemes, dan dibumbui dengan sedikit dendam. Mungkin itu yang lagi gue rasa. Ya, bukan galau. Ini lebih ke arah: marah.

Sekarang tahun 2010 dan karena gue lahir tahun 1990, berarti umur gue sekarang 20 tahun. Di Indonesia, gue udah berstatus sebagai warga negara Indonesia yang sah. Gue punya hak pilih di Pemilu, gue boleh ngerokok, gue boleh minum, gue bahkan seharusnya boleh mengakses situs-situs porno yang umur minimum pengakses 18 tahun.

Tapi gue ternyata nggak punya ruang bebas di keluarga gue sendiri.

Gue ternyata nggak boleh milih dengan siapa gue berteman, dengan siapa gue bekerja, dan dengan siapa gue menaruh hati gue. Lucunya, orang yang melarang gue ini bukan orangtua gue. Haha! Ironis, kan?

Gue tau maksudnya baik. Tapi gue punya otak, gue punya hati, dan gue punya jalan hidup yang sudah ditentukan Tuhan-nya dia (kalau tidak mau menyebut itu Tuhannya teman-teman gue atau Tuhan gue, atau tuhan kepala spaghetti, atau siapa lah padahal Tuhan kita semua bukannya satu, ya?)

Jadi, maaf. Respek saya berkurang banyak, karena ini menyakiti saya: seperti bernafas di ruang kedap udara.