Sunday 28 September 2008

Taklukkan Aku

Antara hidup dan mati aku bersimpuh di depan ajal
Sebuah maha karya Sang Khalik yang membatu
Menjelma dalam sosok manusia
Manusia yang minta ditaklukan manusia lainnya

Manusia yang begitu kuat namun begitu lembut
Begitu manis tapi begitu rentan
Manusia yang selalu ditaklukan
Manusia yang masih mencari kemerdekaan

Tragedi tanpa elegi
Citarasa romantika masa muda remaja
Antara ego dan ankara
Hanya sesak yang menyisa

Manusia itu merengkuh dalam sesal
Merintih dalam perih
Menjelma dalam gundahnya
Mencoba hilang dalam kenangan

Manusia itu bosan pada cinta
Dan sesak dalam mimpi
Manusia yang muak akan harap
Dan akan berhenti menunggu

Manusia itu merintih dan memohon
Taklukan dia
Biarkan dia kalah kali ini
Jangan beri ruang bagi egonya

Manusia itu aku.

Saturday 27 September 2008

Senjanya Metropolitan

Kala itu senja itu rindu itu ingin itu harap itu dan dia

Boleh aku utarakan lagi?
Jika boleh, akan kuberi pujian dari pujangga
Jika mampu, akan kupinjam sangkakala
Tapi aku hanya punya suara dan mata
Untuk bicara denganmu

Boleh aku merayu lagi?
Jika boleh, aku akan bersolek
Dan memberi ilusi dewata
Tapi aku hanya punya senyuman
yang tulus untukmu

Senja itu kala itu
Dunia tak banyak berubah
Makna tak banyak bergeser
Hanya angin berdesir pelan
Dan senja yang membuka cakrawala
...tanpa suara

Lalu malam menghantar senjanya metropolitan
Insan masih lalu lalang tengah ibukota
Senyum masih menyinggung dan berbincang pun tak henti

Seiring dengan harap akan sang surya esok pagi
Rejeki hari ini aku tutup dalam doa

Saturday 20 September 2008

Ever Good Enough?

Kamu mesti tau kalau diam bukan berarti tak bereaksi
Kamu mesti sadar kalau tersenyum bukan berarti beramah tamah
Kamu mesti insyaf kalau ada yang lebih besar dari apa yang tengah kamu kejar

Kamu mestinya ngerti, kalau kita semua cuma manusia

Tapi, ketika aku yang tak bereaksi, hanya tersenyum dan diam di sana
Jangan anggap aku patung atau bayangan
Kamu belum tahu siapa aku
Dan maha malas aku membuka semua

Kamu yang harus tau kalau aku bukan seperti mereka

Tuesday 16 September 2008

Tita Berhenti Bicara Cinta

Tampar aku lagi
Kalau aku punya salah
Kalau menurutmu aku yang salah

Ketika cinta jadi buah bibir
Dan gincu bagi mereka
Bagiku bagai parang
Dan merah di belakang
Bagiku cinta seperti komunis
Rasa yang sama dirasa semua remaja

Tita berhenti bicara cinta
Ketika mata jadi setajam silet
Dan kata jadi berbisa
Dan dia jadi diam
Dan mereka jadi gaduh
Sampai (aku) mengaduh

Apa salah aku berada?
Apa salah mereka merasa?
Apa salah kita berharap?
Apa salah takdir kita?

Jadi, salah aku apa?

Tita berhenti bicara cinta
Biar semilir angin pagi yang memberi kabar
Cahaya kemuning sang surya yang mengiyakan
Dan angin malam melaraskan
Dan membisikkan kepergianku

Ketika Tita berhenti bicara cinta
Apa golok itu masih ada di tenggorokannya?

Oh please deh.
Gara-gara kamu
Aku berhenti bilang cinta
Menghapus asa dari tempatnya
Memberi ruang bagi hampa
Karena kamu buta tanpa rasa
Padahal kita sama-sama merasa

Saturday 13 September 2008

Sssst...

Dalam diam aku melihat dunia kita
Dalam remang aku meraba hari dan mengecap nurani
Menerka apa yang akan ada hari ini
Antara kita dan mereka

Dalam diam aku melihatmu di sana
Dalam remang aku coba mereka apa yang kau pikirkan
Menerka mungkinkah aku ada di pikirmu atau dia atau mereka
Antara aku dan kamu

Dalam diam aku menyukaimu
Dalam remang aku menyembunyikan semua rasa
Menerka apa kamu sadar atau mereka tahu
Antara aku dan anganku

Kamu tau?
Aku menyukaimu
dan untuk menyukaimu, butuh keringat agar bisa mencintaimu
Kamu dan dunia kita yang sama
Tapi ada mereka
dan aku hanya aku yang tak lebih dari aku

Sssst...
Jangan bilang mereka aku menyukaimu
Karena aku SANGAT menyukaimu

Wednesday 10 September 2008

Anjrit!

Rasa itu
Satu kata sifat yang kemudian jadi tanda tanya
Tanya yang nanti baru kita uraikan
Di lembayung itu, satu ufuk jauhnya dari embun esok pagi

Esok jadi sekarang, dan sekarang jadi kemudian
Tanpa ada asa yang menyapa dan rasa yang mengada
Aku menunggu dan menunggu dan melagu
Tapi hanya ada desir angin dan sambaran petir yang kudengar

Sore ini jadi malam
Dan malam tidak menjadi lebih gelap dari hati seorang gadis
Gadis yang bicara satu bahasa denganmu
Gadis yang mengaku mencintaimu, atau mungkin sekedar menyukaimu
Gadis yang hari ini tidak menemuimu
Gadis yang baru sadar, tak ada satu titik pun perhatianmu miliknya

Aku berdusta dalam senyuman
Aku berlakon lagaknya Gatot Kaca; gadis berotot kawat bertulang besi
Di luar mungkin aku tampak kuat
...dan kau bisa bilang begitu karena kau tidak mengenalku

Untuk kamu yang hari ini tidak bertemu denganku
Dunia dan isinya akan kuberikan padamu
Tapi mungkin, bukan sekarang
Karena kau juga belum mau membagi duniamu

Dan mungkin... entah kapan
Kau akan sadar kalau aku yang terbaik

Rasa yang Absen Masuk Hari Ini

Bel berbunyi dan rasa basa itu memudar
Jam masuk tiba, dan hangat itu menjalar
Waktu belajar kembali dimulai
...dan satu asa kembali hadir

Rasa itu masuk hari ini
Membawa gembiranya sinar mentari pagi
...dan menepis lembayung senja yang sempat hinggap menyiksa raga
Mungkin kah ini tandanya dia yang (ternyata) kutunggu?

Ada bimbang dalam celah luka yang dulu terkoyak
Tapi ada harap dalam derai air mata yang pernah menetes
Saat aku tau antara kita ada sama
Tapi entahlah dalam hati

Rasa itu masuk hari ini
Dan dia membuatku ada di sana, melihatnya
Kalau bukan karena aku adalah aku
Aku akan menyerah begitu saja
Tapi, sayangnya aku ya aku

Kita lihat besok :)