Wednesday 31 October 2007

One Fine Thing

Ini bukan lagi cerita tentangnya.
Cukup, sudah terlalu banyak air mata untuknya.
Sudah terlalu lelah jiwa dibuatnya.

Hari-hari menjemu,
yang baru telah diramu,
tanpamu.

Seiring lembut alunan musik Kuba
Tak terasa waktu bergulir semakin cepat
Tanpa perlu lagi mencoba meraba
Aku tahu ini jalanku yang paling tepat

Wajah baru, irama baru,
paduan sempurna antara rasa dan indra
Persembahan dan rencana terindah,
yang tak pernah kuduga akan jadi milikku

Setahun yang lalu duniaku runtuh
Aku jatuh
Dalam peluh
Menjadi lusuh
Semua seakan keruh

Tapi entah mengapa,
kulihat cakrawala e
Dalam hangatnya sang surya,
dan peluh yang terbagi dengan sebaya

Dulu kita berasumsi
Cinta itu untuk dibagi, kataku
Cinta itu tak perlu memiliki, ungkapmu
Ya, cinta itu untuk dibagi walau tidak perlu memiliki

Lalu mana masalahnya?
Aku telah kembali hidup
Dengan nyaman dalam dekap kalian
Sahabat

Walau tajamnya pisau masih mampu menghunus dari belakang,
dan selimut mampu menjadi tempat singgah yang nyaman bagi penghianat
Rumah adalah tempat terbaik
Dan tajamnya pisau maupun lihainya penyusup
Tidak akan pernah mampu membuat cintaku berubah
Bila memang ia cintaku

My mom said that God spared me for the best. "That's why He did not let you go and easily let you become a man's own. At least for now. If somebody wins your heart one day, Dear, it's God's special offer for you!"

Dan inilah, last fine thing for me. Someone who defrost my heart.
This is my chance to say, "Thank you, I love you with all I am."

No comments: