Lalu pagi datang tanpa bisa menanti, membawa pisau-pisau kecil dari angkasa.
Malam terlalu sunyi, kita berdua takut merindu karena ruang yang berbatas dan waktu yang terbuang sia-sia.
Pagi terlalu gelap, dan nada-nada sumbang penuh puisi kembali lagi mencoba mengoyak rasa yang ingin kita lupakan.
Malam-malam getsemani kita sudah lewat, namun kini tinggal pagi-pagi melankolia.
Aku sendirian menatap nanar pada pagi.
Seiring senyum dan gumam bisu: aku akan terus mencintaimu.
No comments:
Post a Comment