Monday, 31 January 2011

Penikmat, Bukan Pembuat

Orang yang suka menikmati sesuatu belum tentu mahir membuat sesuatu itu. Contoh mudah, seseorang yang suka makan tahu sutra, belum tentu dia jago membuat tahu sutra. Yakali, tahu cara bikinnya aja belum tentu. Nah! Akhirnya gue sadar. Belum tentu sesuatu yang suka gue nikmatin, bisa gue buat sendiri.

Dengan sangat menyesal akhirnya gue harus mengakui kalau setidaknya sejauh ini, gue tidak belum bisa menghasilkan gambar-gambar indah sarat konten jurnalistik, makna, dan estetika yang ciamik. Ya, I'm not a photographer. And even there are times I carry a big badass camera with its huge gigantic beautiful lenses, I'm still not yet a photographer.


*sigh


Gue benar-benar ingin menjadi seorang pembuat gambar indah sarat makna, tapi apa daya? Sejauh ini gue hanya mampu memaknai sesuatu lewat kata. Itupun, belum tentu bermakna.

Monday, 24 January 2011

Di Baranya Cemburu

Ketika terpaku pada sosokmu di antara mereka
Entah apa yang ada di benak mereka yang jalang
Tapi yang kutahu, engkau segalanya buatku

Biar malam dingin ini hangat dengan hati yang membara
Riuh abu bertebaran nanti pagi menjelang
Tapi yang aku mau, mata dan hatimu hanya untuk aku

Tapi siapa aku, di antara senyum mereka
Dengan kiblat yang sama denganmu, justru aku yang jalang
Aku tahu cemburu bukan lagi milikku

Biar aku mati, di baranya cemburu

Sunday, 23 January 2011

Tentang Cinta Dihalang Kata

Kita di antara kata dalam sunyinya lengang dan jarak
Ketika kita menghirup udara atas nama cinta
dan menumbuhkan duri dalam daging mereka
Biar mereka mereka apa yang ada dalam hati kita
Karena mereka tak pernah kenal cinta kasih, kau tahu mereka merapal mantra,
melempar mesiu, menabuh genderang perang, dan tetap mereka benci pada cinta
Tapi meminta surga

Cinta kita dihalang kata, ditolak dunia
Karena cinta, aku menyepi, berdiam dalam tameng sendiri
Mata hati telinga dan tubuhku tak sama dengan mereka
Aku lihat bahagia; mereka lihat nista
Aku rasa cinta; mereka rasa dengki
Aku mendengar lagu mengalun pelan merapal puisi cinta
pelipur lara dalam malam Getsemani manusia; tapi mereka dengar aku
merapal mantra, memanggil setan, dan menyembah berhala
Tubuhku nista, tidak satu dimensi denganmu

Sekali lagi karena cinta (kita?) dihalang kata

Monday, 17 January 2011

Narasi tentang Negasi

Halo, kembali lagi di edisi sangat naratif dalam blog ini; di mana blog ini akan berfungsi seperti bagaimana mestinya, sebagai saluran curahan hati sang empunya blog. Kali ini ada satu hal yang sangat ingin gue bahas: negasi. Bagi gue, negasi adalah mimpi buruk. Negasi adalah kebalikan dari segala harap yang dibangun, kebalikan dari semua yang sudah dipersiapkan, atau mimpi indah yang tidak kesampaian. Negasi.

Memang, manusia bisa selalu berencana dan Tuhan yang menentukan. Tapi entah kenapa, kecenderungannya adalah: ketentuan yang dibuat Tuhan biasanya adalah negasi dari yang kita inginkan. Sebagai contoh mudah, "Aduh, Tuhan, hari ini cerah dong. Aku mau pergi ketemu cem-ceman nih di Bekasi. Jauh, Tuhan." Tiba-tiba.. Jdarrr! Hujan deras. Artinya, tidak cerah. Lalu kesempatan lain lagi, "Tuhan, matkul ini neraka banget, deh! Udah belajar mati-matian kok masih gabisa ya? Biarin deh cuman lolos, yang penting lulus." Hasilnya? Tetap tidak lulus. *sigh*

Lalu apa, Tit, yang terjadi di kehidupanlo sampai lo tegel bernarasi soal negasi malam ini di bloglo? Well, let's just say that my oh-so-ftv-or-teenlit-kind-of-life is heading to some lame scenario of a negation of every hope I hope for.


Shitty, eh? Yasudahlah, ya. Kita memang harus selalu legowo soal hal beginian. Lagian, satu yang gue percaya, setiap Tuhan memutar jalan hidup kita.. Tuhan menyiapkan 'kejutan' menyenangkan. Kadang-kadang 'si kejutan' tidak mesti jadi milik kita; hanya teaser atau dengan kata lain, kita hanya diizinkan untuk "menikmati" tanpa harus "memilikinya" - apapun itu, gue masih percaya: ada keselamatan di balik rencana-Nya.

Friday, 14 January 2011

This Morning's Story

So, yesterday I ended up by sleeping too tight after spended my whole day working training at my new office. No. I couldn't say office. It's a store; that I worked at. So, basically, that store is my office.Well, so far it was really fun! I kinda enjoying myself being there with Mira, Devi, The Seniors, and only three or four customers (p.s. three of them can't even talk in Bahasa) - that's quite low sale but honestly, it's fun. So?

Honestly, I'm not talented in marketing. That's just too.. I don't know, harsh?

Wednesday, 12 January 2011

The Absurdity of Being Me

Is as simple but hurtful as an apology for being Summer.

Monday, 3 January 2011

Welcoming 2011

Sudah awal tahun *tarik nafas panjang* sudah waktunya bangun dari 'auto-mode' selama setahun penuh. Tidak. Gue nggak sampai hati kalau harus bilang bahwa tahun 2010 gue lakukan dengan sia-sia. Tidak sama sekali, hanya saja, gue kurang awas tahun lalu.

Banyak yang harus dibenahi tahun ini. Kalau begitu, makin jelas kalau tahun ini akan menjadi tahun yang berat. Entahlah, yang jelas gue punya firasat bagus untuk tahun 2011 ini.

Barusan gue membuka Twitter via Tweetdeck. Banyak-nggak cuman satu atau dua-dari antara mereka yang gue follow menulis kegembiraan mereka di tahun baru dengan pasangan-pasangan mereka. Iri? Sedikit. Masalahnya, masalah gue agak ribet. Gue nggak kehilangan cinta-atau mungkin gue merasa tidak kehilangan cinta-tapi gue kehilangan kehadirannya. Itu aja.

Sendiri itu nggak jelek kok. Gue bisa bebas ngapain aja, ke mana aja, beli apa aja, asal gue bisa, ya tinggal dijalanin. Nggak perlu ijin ribet, nggak perlu ngambek2, pokoknya ya.. bebas. Tapi, ada rasa yang hilang. Nah, rasa itu yang nggak bisa sembarang ditambal sulam. Rasa nggak bisa dipaksa, Bung.

Itu masalahnya.

Ya sudahlah, mari kita menyambut 2011. Makin banyak berkarya, makin fokus, makin sukses, makin jadi anak Tuhan yang beneran, makin ngebanggain orangtua. Amin.