Monday 8 November 2010

Cinta di Era Industri Modern

Lalu aku diam, bukan berarti aku mengiyakan
Aku hanya menunggu, siapa tahu ada angin baru
Kau hanya tertawa

Aku bilang aku sedih, karena air mata tak berarti lagi untukmu
Harus menjelma jadi kata-kata, seperti aku harus menjelma
Sekarang aku yang tertawa

Aku bukan siluman, mau menjelma jadi apa?
Jadi aku, katamu
Kita berdua hanya bisa tertawa

Selamat tertawa, tangis ini kini hanya tersedia dalam kata-kata
Dijual terpisah dari badanku
Karena hatiku terlanjur kelu

No comments: