Saturday, 26 September 2009

Please Be Good to Me

Life being so tough to me, can I ask life to be gentle with me? Please? I'm begging..

Lifidentra

Ayo ayo rame-rame buka blognya Lifidentra, terus dateng ke acara Closing Ceremony Lifidentra UI 2009.

Be there, or be square! :)

Friday, 25 September 2009

Welcome to My Life

...which better called a crap.

Gue udah belajar banyak hal di hidup gue. Mulai sesederhana gimana caranya ngebersihin kuping yang kemasukan aer (yaitu dengan netesinnya lagi pake aer, terus bengkokin kepala biar aernya bisa masuk baru setelah kerasa lega, kepalanya dibengkokin lagi biar aernya bisa keluar) sampai menerima.

Fuck!

Menerima itu kata kerja paling brengsek yang pernah ada. Mungkin di kamus hiduplo, menerima berarti lo nggak musti ngapa2in. Menerima ya.. tinggal duduk manis dan dapetin apa yang lo mau. Hah! Di hidup gue nggak begitu.

Yang namanya menerima di hidup gue adalah: mendapat sesuatu yang gue nggak mau tapi mau-nggak-mau harus gue terima atau gue jalanin in my fucking WHOLE life. Kita mulai dari.. Waktu gue TK. Emangnya gue dapet guru TK yang gue mau? Kalopun akhirnya gue suka diajar sama beliau; tapi itu bukan pilihan gue. Waktu SD. Emangnya gue mau masuk Vincent? Gimana kalo sebenernya gue pengennya masuk Sumbangsih atau Al-Azhar? Pas SMP juga. Kenapa gue cuman daftar Vincent? Pas SMA.. Kenapa harus swasta? Nilai gue cukup kok buat masuk 8, atau 81, atau 68, apalagi 26. Kenapa Sanur? Terus, pas kuliah. Emangnya gue mau masuk Sastra Prancis? Gue suka, kok di FIB. Gue suka nulis, gue suka sastra. Tapi apa impian gue sebenernya? Gue pengen jadi diplomat. Gue pengen nyandang gelar SH di belakang nama gue.

Gue tau gue kedengeran nggak bersyukur. Bagus dapet guru yang tegas, bagus masuknya swasta yang streng, bagus masuk Sanur, bagus masuk UI! Iya.. gue bersyukur dengan apa yang gue punya sekarang, kok. Tapi pertanyaannya: kenapa gue nggak pernah dapet apa yang gue mau dan gue harus menerima apa yang memang gue butuh?

Nahh! Lebih bijak kita memilih apa yang kita butuh rather than apa yang kita mau kan? Tapi, tai kucing! Di mana excitemennya? Di mana kepuasannya?

Gue harus selalu berlapang dada dan dengan bijak tersenyum sambil bergumam, "Ya udah, nggak apa-apa."

Itu yang gue lakukan. Gue bersumpah, kalo di dunia nyata gue nggak akan bisa menggugat kayak gini. Gue hanya akan diam, senyum, dan nunduk kalo terjadi sesuatu yang sebenernya gue nggak mau.

Gue sedih, cuy. Gue sedih dan gue nggak tau bisa cerita ke siapa. Not even dua perempuan cantik yang biasanya jadi tempat curhatan gue. Not even them can understand. Hahaha.. gue stress. Rasanya kepala mau meledak, tapi yang gue lakukan hanya diam, senyum, dan nunduk :(

Tuesday, 22 September 2009

Am I Ok?

This is something to think:




Monday, 21 September 2009

"Aku Nemo, Namaku Nemo"

Nemo: siripnya cacat, berasal dari lautan lepas, terpisah dari ayahnya, yang untuk sementara menjadi ikan yang sebatang kara. Ketika ia ada di akuarium milik dokter gigi, ia membuktikan kalau ia bukan anak ikan kacangan. Ia sendirian, tapi ia berani mengakui kalau dialah Nemo.

Dia bilang, "Aku Nemo, namaku Nemo."

Ya, aku mau menjadi seperti Nemo. Mengakui segala ke-Nemo-annya.

Sunday, 20 September 2009

Pore Fact

Judul postingan gue kali ini Pore Fact. Sebenernya gue mengarah ke satu kata: perfect. Gue tau dua kata ini jauh banget; apalagi kalau ngeliat dari transkripsi fonetiknya: pore fact dibaca [pɔ:r fækt] sedangkan perfect dibaca ['pɜ:rfɪkt].

Perfect. Bahasa Indonesianya, sempurna, tidak bercela. Semua juga tahu kalau manusia itu nggak ada yang sempurna. Tapi, bukan mustahil kalau manusia terus-menerus berusaha mendekati kesempurnaan, kan? Setidaknya dalam hal pencitraan. Kita mau agar citra kita di mata orang lain nyaris sempurna. Sempurna dalam arti konsep kesempurnaan kita; bagaimana citra yang kita mau. Kita bisa merasa sempurna dengan mencoba mengikuti bagaimana selera orang-orang kebayakan, atau membuat idealisme sendiri yang membuat kita berbeda.

Dulu gue nggak pernah peduli apa kata orang. Gue berpakaian, gue berpendapat 100% dari bagaimana gue mau. Gue nulis blog, bikin puisi, bikin lagu, ngegambar, bener2 keluar dari hati gue. Yang ngeliat karya gue suka? Benci? Marah? Gue nggak peduli. Lalu kenapa sekarang begini?

Gue menjaga mulut gue dan hati-hati dalam bersikap. Bagus, sih. Tapi ke mana idealisme gue? Akhirnya nggak ada karya yang keluar, kan? Mandek. Gue semata-mata jadi boneka sosialita. Padahal, gue nggak akan mempermalukan keluarga besar gue selama pendapat dan idealisme gue masih bisa dipertanggungjawabkan tanpa kehilangan esensi idealisnya kan?

Sebel.

Mau perfect... Halah, yang ada pore fact. Tau pore, kan? Pori-pori, tempat keluarnya keringat, bagian dari kulit kita yang sebenarnya penting, tapi kecil, dan nggak bisa menggambarkan keindahan dalam ranah umum. Pori-pori, apa indahnya coba? Fact. Fakta. Kalau kita gabung (sebenernya gue membuat istilah sendiri, sih) pore fact. Fakta-fakta yang ada; tapi hampir tidak disadari, dan yang jelas nggak ada bagus-bagusnya.

Akhirnya gue sadar, gue gaperlu berusaha tampil sempurna. Toh gue emang nggak sempurna. Cela gue gausah dicari. Banyak. Baru kenal juga pasti udah tau, cela gue apa aja. Gue hanya sempet kecewa sama diri gue sendiri karena mengekang kretifitasan gue. Gue peduli dengan pendapat orang.

Mulai sekarang, gue janji sama diri gue sendiri untuk mengekspresikan apa yang gue rasa. Daripada dipendem? Yang ada prostat emosi.

Monday, 31 August 2009

I (Always) Hate This Part

When I start to over-thinking and mellow. Well, we are not even quite a couple of friends so I barely know anything about you. I hate this part. Period. Can I just skip to the part when I get my happy ending? Please...

Gue Hanya Bingung, Bukan Ragu

Gue takut. Gue takut sama apa yang tengah gue rasa. Sebenernya, gue aja bingung kenapa gue takut dan bahkan, gue bingung; apa yang gue rasa?

Banyak sosok yang mondar-mandir dalam hidup gue. Masing-masing orang udah ngebuat mark sendiri di hati gue. Ada yang sekedar "ya gitu deh" ada juga yang bikin gue takut. Takut ngelupain gimana rasanya ketika orang itu bikin mark di hati gue. Kayaknya itu, deh. Gue takut maju. Gue takut nanti gue melangkah maju, jalanin hidup gue, ketemu orang baru yang mengisi hari-hari gue, dan mungkin hati gue.

Jujur gue kecewa sama diri gue sendiri sampai gue ketemu orang ini. Sebenernya dia nggak ngapa-ngapain. Dia hanya menjadi diri dia, berada di sekeliling gue, dan membiarkan gue bisa menikmati hadirnya di sekeliling gue saat itu. Sebelum ini, gue nggak sampe jadi seorang wristcutter tapi there were times when I feel I rather die than go along and move on. Bego yah?

Gue punya banyak temen buat diajak becanda dan bertukar pikiran. Gue punya sahabat yang selalu ada buat gue. Hidup gue nggak sempurna, tapi gue selalu dapet apa yang gue butuhkan. Terus.. gue milih untuk rusak cuman gara-gara gue akhirnya kehilangan apa yang gue mau? Sampah banget, deh, gue.

Gue bingung sama apa yang gue rasa; gue belom siap mendeklarasikan rasa apa yang sebenernya gue rasa-mungkin duren-tapi yang jelas, gue nggak ragu untuk maju. Gue siap, lagian, doa gue sekarang bukan nuntut satu particular hal. Gue minta dibukain jalan, kalo emang ini jalan gue.

Yah.. toh gue cuman remaja labil, mahasiswi semester 3, gue cuman bisa yakin ngadepin apapun di hadepan gue.

Saturday, 29 August 2009

Aku dan Kamu

Ketika mentari belum mengintip dari peraduannya pagi ini,
aku membawa semua bagian otakku yang membuatku mengingatmu,
aku menyeret tubuhku yang baru seinci kau pelajari,
aku membawa senyumku yang belum lama kau nikmati,
aku menunggumu di sudut hari, dengan degup yang sama.

Ketika nanti matahari sudah kembali ke peraduannya,
aku tahu aku akan kecewa mendapati pria yang berbeda darimu yang dulu,
aku tahu yang terbaik yang akan aku miliki hanya seorang teman baik,
aku tahu nantinya hatiku milikmu dan hatimu tetap milikmu,
setidaknya, aku tahu aku masih boleh berada di sini.

Bagiku kamu sempurna di antara rapuh dan kerasnya hati yang membaja,
bagiku kamu segalanya,
segalanya yang tidak akan kusentuh,
karena bagiku..

Mari kita nikmati jalan yang membuat kita pernah bersatu,
mari kita tertawa lepas atas ketidaksempurnaan kita dahulu,
mari kita menjadi diri kita,
dengan begitu aku tahu,
aku dan kamu membeku dalam waktu,
kita bukan kita yang dulu,
mari maju tinggalkan kita pada masa yang lalu.

Thursday, 27 August 2009

Coming Back

Well, it feels like it's been ages since my last-incompetent-post about Bajaj. Hahaha.. Yeah, so many things had happened and change in this whole month. I'm not really away from computer and the internet. Actually, I've been wandering to almost every blog site I can afford to access like wordpress, liveconnector, even tumblr. I must admit, I fell in love with blogger. That's why I found my way back here :)

I'm coming back. So does many other things.

Eh.. eh.. ketika gue hibernasi, dimulai ketika hiatus terjadi, ada buanyak hal yang terjadi; termasuk terbentuknya GPSR (Geng Plurk Sastra Raya). Sore ini bakal ada ngabuburit bareng. Let's wait for my report about the meeting!