Mengapa aku harus mengejar sebuah apa kalau semuanya sudah jelas karena petunjuk yang Engkau berikan? Semua petunjuk berserakan di depan mataku bahkan jauh sebelum ini. Semua hasrat, obsesi, angan, rancangan, pikiran, semua! Semua Engkau rancang untuk satu aku yang entah bagaimana bisa merasa besar dan punya tujuan.
Apa maksud Engkau melempar semua kenyataan ini padaku malam ini bila Engkau mau aku pergi jauh dari kenyataan? Sembunyi di balik tirai sutra dan perasaan kasih yang menjemukan dalam kebohongan untuk tujuan yang jauh dari nyata?
Aku tau aku lebih dari sekedar perempuan. Bukan hanya menuntut diempu, perempuan ini tahu dia punya tanggung jawab yang besar... Tapi apa? Tanggung jawab macam apa yang akan Engkau berikan padaku nanti bila waktu yang menjemukan ini Engkau anggap cukup?
Apa sama dengan jalan ini yang penandanya telah kulihat sejak jauh umurku di ufuk timur dahulu? Ketika sekarang aku berdiri tegak masih di timur Jakarta menghadap ke barat laut dan menemukan secercah kenyataan yang membuat kursi rotanku hampir sejajar dengan tumpukan cucian di kirinya?
Entah apa yang memenuhi otakku malam ini sampai hanya linglung yang jadi ekses yang bersisa. Paduan yang nyaris terlihat romantis antara rasa takut, semangat, penasaran, semangat, dan rasa ingin tahu yang luarbiasa besarnya. Maha. Maha yang jauh dari Maha-Nya Engkau tapi cukup menggoncang aku.
Cerita seputar apa-ku malam ini bukan lagi cerita seputar dua, atau tiga anak muda. Engkau tahu persis ini cerita tentang dua, atau tiga keluarga, atau negara, atau bangsa, atau apalah... Nampaknya hanya Engkau yang insyaf benar.
Aku sudah mencoba jadi takwa agar insyaf. Tidak semudah satu rela, ini sesulit banyak kemampuan. Lagipula, bukan itu nampaknya. Setidaknya, Engkau tau aku bertanya malam ini. Dalam ribuan ragu, jutaan rasa ingin tahu, dan lebih banyak cinta yang mungkin tulus, aku mengejar apa, membanting pintu dan meninggalkan nyaman.
Untuk apa aku bertanya mengapa mengejar apa?
No comments:
Post a Comment